8/26/12

Pulang


{Sebuah komunikasi elektronik, mengandalakan smartphone yang sedang digandrungi. Ya, kali ini aku bersyukur, benda ini bisa menghubungkan diriku dan dirinya dengan mudah. Bermodalkan kecepatan mengetik kata demi kata}

Pesawatku delay dua jam.

Yaudah, sabar aja. Mau gimana lagi?

Iya, berkah lebaran kali ya ini, hehe.

Dua jam berlalu, sesosok lelaki berjalan ke arah depan ruang tunggu, sekaligus berdiri di tengah para sukma yang sedang menunggu keberangkatan mesin terbang.

Maaf, pesawat baru bisa diberangkatkan pukul dua siang. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya dan terima kasih.

Kontan para wajah puluhan orang di sekitarku ini menunjukkan raut cemberut, sebagian mendengus, sebagian mengomel, dan beberapa jumlah kecil pasrah. Aku melipir ke sudut ruang tunggu, kakiku lelah ditekuk, Perlu sebuah gerakan lurus untuk kaki ini, kupilih duduk lesehan di sudut. Ku lanjutkan komunikasi elektronik ini,

Pesawatku delay dua jam lagi, jadi total empat jam.

Ya ampun, bener-bener berkah lebaran itu. Coba di nikmatin aja ya, sayang.

Iya, sabar aja. Sudah biasa kena delay begini.

Kamu udah sarapan? Beli sarapan aja, daripada bengong nggak berguna menunggu.

Udah kok, aku lagi baca tulisanku nih.

Tulisan kamu naik lagi?

Iya, kan aku sudah jadi penulis tetap di majalah ini. Aku menulis tentang kegiatan muslim di Swiss menjelang lebaran, Nanti baca ya.

Iya, pasti dibaca kok. Asik banget ya kamu jalan-jalan mulu. 

Ya, kan udah pekerjaan.
Bu, aku kangen.

Loh, siapa juga yang nggak kangen sama kamu? Anak Ibu satu ini melanglang buana terus.

Iya Bu, ku kan pulang. Sabar menunggu ya.

Iya, kami sangat menanti kedatanganmu, nak. Ibu tinggal dulu ya, tetangga sudah pada datang. 

Iya, Bu.

Aku memandangi fotomu saat ini melalui smartphone. Rambutmu mulai memutih, tak sadar begitu lamakah ku meninggalkan dirimu, Sungguh, aku rindu. Tiga tahun telah kuhabiskan berjuang dengan berpadu pada aksara. Mengunjungi desa demi desa, kota demi kota, negara demi negara, sampai benua demi benua. Samudera luas aku arungi. Biru langit pun aku tembus. Demi impianku. Aku tak sampai seperti kacang lupa akan kulitnya. Aku tetap merindukan tanahku, tanah kita. Aku tetap merindukan dirimu. Terutama, kata-kata bijakmu. Ibu, aku akan pulang di hari suci ini. Sabar menunggu. Aku akan membawa cerita indahnya dunia,

{Bandara Soekarno-Hatta, 19 Agustus 2012. Menuggu keberangkatan mesin terbang ke ujung negara ini, Aceh.}


"Ku kan pulang, pulang ke rumah. Berilah waktu, sabar menunggu." (Dialog Dini Hari)

Lantunan kelana:


Ku Kan Pulang by Dialog Dini Hari

No comments:

Post a Comment