Cermin #2

Hai.

Hei, jadi ada kabar apa hari ini?

Kemarin, aku lihat sekelumit tweet temanku. Bunyinya begini: Love what you do, not do what you love.

Ini masih pembahasan jilid kemarin?

Iya lah, memang apa lagi?

Serius ya kamu.

Super serius.

Lantas?

Rasanya seperti ditampar. Pelan sih, tetapi membekas.

Jadi, kamu mau menyalahkan diri sendiri?

Tidak, bukan begitu. Aku cuma kembali bingung juga sedikit takut mengambil langkah.

Hei, buka mata dong! Mata yang di hati juga. Taklukan rasa takut. Memang kamu bisa berkembang dengan rasa takut?

Ya, begitulah yang aku rasakan saat ini.

Tidak ada yang salah dalam pengambilan langkahmu saat ini. Kamu sedang diputar, diberi kesempatan mencoba. Toh, kalau tidak cocok, kamu bisa kembali. Atau mengambil langkah lain. 

Begitu ya?

Yaps! Taklukan dunia. Coba dunia baru. Perlahan, kamu berpengalaman. Bisa mengambil keputusan. Bisa memilih mana yang baik. Semua mengalir. Waktu menjawab. Kata hatimu juga.

Terima kasih ya.

Dengan senang hati.

Gelap sudah datang.

Ya, disini juga.

Kamu juga menyaksikannya?

Ini kesukaan kita kan? Menikmati senja. Menyaksikan kegelapan mengambil alih pandangan. 

Kemarin di ruang temaram, sekarang di lautan senja yang menggelap. Sepertinya, kita ditakdirkan untuk bertemu di kegelapan.

Memang kenapa kalau kita bertemu di kegelapan?

Tak apa.

Gelap tak selamanya kelam. Kamu bisa belajar dari gelap. Perlahan, kegelapan memberimu arti yang mendalam. Resapi dan tunggu tanggal mainnya.

Kamu bikin aku penasaran.

{Dua manusia sedang menyaksikan datangnya kegelapan melalui bingkai masing-masing. Bercengkrama melalui telepon. Gelap datang. Jangan akhiri pembicaraan ini. Aku sedang berusaha mencari arti kegelapan yang indah.}

"So bright, the flames burned in our hearts, that we found each other in the dark. Like beasts out in the wilderness. We are fighting to survive and convalesce." (City and Colour)

Lantunan kelana:
City and Colour - We Found Each Other In The Dark

City and Colour - We Found Each Other In The Dark by artsandcraftsmx