Pulpen itu aku letakkan dengan perlahan setelah ku ketuk berkali-kali, membuat ritme yang tak beraturan, dengan cepat, secepat dua bus kota kebut-kebutan di jalan.
"1000 rupiah", ujar perempuan dengan warna bibir merah mawar dan rambut cokelat almond
"Kami akan mengirimkan merpati jika padan, sila diberi lingkar untuk yang membuatmu penasaran", ujarnya lagi
Empat lembar sudah kulihat dengan perlahan, namun tangan ini belum memberikan lingkaran, hingga pada sebuah nama di baris kedua dari terakhir, lembar ke lima
Hari pertama
Langit
Iya aku tau
Bagaimana bisa tau, yang kamu pilih pasti banyak, c'mon ini adalah ruang mencari peruntungan
Karena namamu (aku tidak jujur bahwa satu-satunya yang ku pilih hanyalah dia)
C'mon, kamu percaya begitu saja? Lagi-lagi aku perlu memberi tahumu, selain ruang mencari peruntungan, ini adalah ruang penuh kepura-puraan
Begitu ya, jikalau begitu, mengapa engkau disini?
Karena aku ingin mencicipinya, pertama kali ya?
Eh?
Kamu pertama kali kesini?
Hm tidak (lagi-lagi aku tak jujur, iya ini adalah sejarah, pertama kali aku ke tempat ini)
Jadi?
Jadi apa?
Hm, siapa namamu? Kamu belum memperkenalkan diri
Hari kelima
Bisa kukatakan ini pertama kalinya berjalan dengan lama
Serius?
Iya, kali ini aku tidak berbicara tentang ruang kepura-puraan
Hahaha, picisan
Hahaha. Eh ya kemarin sampai mana ya?
Hari ketujuhbelas
Sebenarnya aku juga heran, kenapa aku bisa bertahan denganmu
Hahahaha
Kamu sering sekali menanggapi dengan tawaan, hanya tawa.
Salahkah?
Omong-omong, kenapa kamu memilih disini? Bukannya berpegangan dan berangkulan di luar sana?
Hari keduapuluh enam
Masih tidak percaya dengan hal itu?
Aku ingin menumphkan semuanya. Bolehkah?
Silakan
Rasanya masih belum bisa diterima saja dalam diriku, sebuah hubungan yang dikatakan serius itu sesungguhnya gamblang. Mungkin hanya segelintir saja yang berhasil seperti aktor dan artis ternama yang rupawan, punya banyak harta, dan pintar. Di luar sana sesungguhnya juga penuh kepura-puraan, sama seperti ruang ini, bahkan lebih rumit. Ketika kamu ingin merangkulnya dan memegangnya, kamu tak hanya merangkul dan memegangnya saja, tapi juga merangkul dan memegang sekitarnya. Jika kamu ingin melepasnya, tak mudah seperti melepasnya saja, namun perlahan melepas sekitarnya yang aku yakin seratus persen hatimu akan bolong, otakmu akan mendidih, dan tubuhmu akan membiru. Mungkin kamu akan berkata sepele, aku tidak menepisnya. Mungkin aku juga akan berkata sepele pada lima tahun kemudian, namun ini yang aku rasakan saat aku berdiri di pijakan saat ini. Semuanya terasa jauh untuk diraih, semuanya terasa sia-sia untuk digapai.
Silakan
Rasanya masih belum bisa diterima saja dalam diriku, sebuah hubungan yang dikatakan serius itu sesungguhnya gamblang. Mungkin hanya segelintir saja yang berhasil seperti aktor dan artis ternama yang rupawan, punya banyak harta, dan pintar. Di luar sana sesungguhnya juga penuh kepura-puraan, sama seperti ruang ini, bahkan lebih rumit. Ketika kamu ingin merangkulnya dan memegangnya, kamu tak hanya merangkul dan memegangnya saja, tapi juga merangkul dan memegang sekitarnya. Jika kamu ingin melepasnya, tak mudah seperti melepasnya saja, namun perlahan melepas sekitarnya yang aku yakin seratus persen hatimu akan bolong, otakmu akan mendidih, dan tubuhmu akan membiru. Mungkin kamu akan berkata sepele, aku tidak menepisnya. Mungkin aku juga akan berkata sepele pada lima tahun kemudian, namun ini yang aku rasakan saat aku berdiri di pijakan saat ini. Semuanya terasa jauh untuk diraih, semuanya terasa sia-sia untuk digapai.
Jadi itu alasan kamu berada di ruang ini ya
Hari ke limapuluh delapan
Sepertinya kemarin aku terlalu menggebu-gebu
Mungkin
Jadi?
Jadi.... ya itu, sepertinya aku harus pamit
Haruskah?
Harus
Karena?
Ya karena memang sudah saatnya
Karena perkataan kemarin kah?
Bukan
Sungguh?
Iya
Jangan bohong
Serius
Jadi?
Ya jadi.... aku pamit
Ini rekorku
Ini rekorku juga (untuk pertama dan terakhir kalinya, mungkin)
Apakah kamu akan masih disini?
Untuk sementara tidak
Apa aku harus membuka tirai?
Silakan, aku tidak akan membukanya
Jadi ini hari terakhir?
Iya, aku pamit ya
Sebelum kamu pamit, aku ingin memberi tahumu sesuatu
Apa?
Sesungguhnya namaku memang Langit
Sesungguhnya namaku juga memang Pertiwi
Hari itu adalah hari terakhir aku bertukar suara dengan Langit, melalui dua bilik yang ditutupi tirai berwarna hitam. Sampai hari kelimapuluh delapan masih bersiteguh untuk tidak membuka tirai, karena aku masih ingin mempelajarinya. Semoga kita tidak bertemu di luar sana, karena sesungguhnya hanya kepada Langit aku bisa berbicara layaknya aku, karena sesungguhnya hanya kepada Langit aku tidak menempelkan banyak warna di diriku, karena sesungguhnya hanya kepada Langit aku menampilkan aku, bukan yang lain. Langit adalah kepura-puraan, ia telah memberikan petir, ucapku berkali-kali. Semoga kita tidak bertemu di luar sana, ucapku berkali-kali dalam hati, lagi. Mungkin karena kamu adalah Langit dan aku adalah Pertiwi.
"If you ever need someone to just love you, if you ever need someone to simply adore you"
Lantunan kelana:
Odessa - I Will Be There
Odessa - I Will Be There
(Tulisan ini adalah buah dari berkelana dalam aplikasi yang digadang-gadangkan bisa bertemu seseorang yang akan membuat hidupmu bahagia, tulisan ini adalah buah dari kenyataan bahwa beberapa orang justru menunjukkan diri yang sebenarnya di ruang penuh kepura-puraan, dan tulisan adalah buah dari kenyataan bahwa sebuah kata atau kalimat bisa menjadi pisau)
No comments:
Post a Comment