5/9/15



Karena perempuan begitu rumit, sebagian dari kalian pasti bilang begitu. Aku pun merasakannya. Aku adalah perempuan, sialnya kenapa menjadi perempuan begitu rumit. Rumit sekalipun dengan hal yang kecil, sial.

Karena perempuan terlampau melankolis, sebagian dari kalian pasti bilang begitu. Aku pun merasakannya. Aku adalah perempuan, sialnya kenapa perempuan diciptakan dari komposisi yang mengandung setetes ramuan bernama melankolis. Melankolis sekalipun dengan hal yang tidak pasti, sial.

Namun ada yang berbeda, mereka selalu vokal dengan perihal-perihal ini, rumit dan melankolis. Harusnya kata mereka diganti dengan kata kami. Namun, aku tidak termasuk. Sebab itu menjadi mereka, bukan kami. Ataukah benar kami?

Pilihan selalu jatuh pada menjadi seorang pendengar di kehidupan sehari-hari. Pilihan tersebut membawa suatu kesenangan, sungguh. Namun ketika disuruh berbalik.... hanya tidak bisa. Benar-benar tidak bisa. Bukan karena tidak menyukai dirinya dan dirinya, namun itulah yang benar-benar terjadi. Terjadi begitu saja.

Pilihan selalu jatuh pada merangkai sesuatu yang rumit dan melankolis, disebarkan begitu saja melalui angin maupun jaringan canggih ini, dalam bentuk kata maupun lantunan. Sesungguhnya sama kan dengan mereka? Bedanya, tidak ada tatap, tidak ada rasa, aku justru bisa menikmatinya karena telisik punya telisik, sesamaku penuh kelabu. Sesungguhnya, ini akan kembali pada sesamaku juga kan?


Selamat, kamu salah satunya.
Atau
Sial, kamu salah satunya.



(Foto diambil di Salihara)

"Spirit of my silence I can hear you, but I'm afraid to be near you"

Lantunan kelana:

No comments:

Post a Comment