4/9/14



Setiap orang kini mempermasalahkannya
Setiap orang kini saling mencaci karenanya
Setiap orang kini mengemis agar memilikinya
Setiap orang kini ingin memilikinya

Namun jauh-jauh sebelum itu
Setiap orang berlomba untuk menepisnya
Demi selebrasi di atas nama, gelar, dan eksistensi juga kebahagiaan yang membingungkan
Walaupun terikat pahit yang menjadi-jadi

Apalah arti setelah memilikinya?
Kini mereka hanya berbaring dan mengendurkan lelah
Namun mereka lupa, juga terlewat
Adalah yang paling penting ikut mengendur

Titik dimana ia berpijak, ia berperilaku, ia berstrategi, ia hidup

Karenanya, semua terasa praktis
Semua terasa picisan
Semua terasa memuakkan
Gerangan telah menjadi, mari ku kutip kata kakek, serba ecek-ecek

-----

Suatu hari, aku kerap berpikir bagaimana mendapatkannya
Aku tak mengelak jikalau aku bagian dari orang-orang tersebut
Begitulah kisah yang memang benar-benar terjadi
Benar apa adanya bahwa kini aku terbawa pusaran 

Ketika jarum menunjuk pada lima, mereka bahagia, aku juga
Tandanya kami segera memilikinya
Setiap jalan pulang menjadi pengantar aku memilikinya
Aspal, lampu jalan, awan, bahkan tiang listrik seraya merayakan

Aku kerap mengatur, menyusun, mempersiapkan segalanya
Demi mendapatkannya
Sekelebat wajah-wajah yang dirindukan muncul
Sekelumit kisah akan lahir akibatnya

Aku tak ingin menjadi mereka
Yang hanya berbaring dan lupa akan titik pijakan
Walaupun nyaris aku selalu terlena

Semua ini gara-gara kamu:
waktu senggang



"Hari ini ku tempuh jalanku, kembali resapi mimpi. Ku tempuh perjalanan ini dengan gelisah selimut hati. Ku lelah dengan beban ini, kujengah dengan duka ini. Kujumpai sejuta masalah, tak satupun dapat terpecah" (Jalan Pulang)

Lantunan kelana


No comments:

Post a Comment