4/4/14


Ia menyuruhku membaur, dengan dirinya, dirinya, dan juga dirinya
Tanganku mulai meraba sekitar, seperti apakah wujud-wujudnya?
Telingaku mulai menangkap dengung yang bising, bising sekali
Hamparan sinar yang maha dahsyat membuat penglihatan kemudian memutih
Aku perlahan menunduk, meraba ke bawah, membauinya, menerka-nerkanya, dan perlahan aku menyilakan kaki
Katanya, aku perlu keluar sejenak
Katanya, aku sudah tenggelam selama... entahlah
Entah tenggelam dimana

Kini aku sedang menyelam, meski tak warna-warni
Suara bising perlahan bisa ku tangkap, segerombolan anak kecil sedang bercakap riang.
Aku mengingatnya
Atau aku teringat?

Aku pernah tenggelam di ujung sana
Di ujung yang sangat jauh, sangat-sangat jauh dari kembang warna-warni, gemersik ranting dan daun, dan semburat senyum
Aku pernah tenggelam di ujung sana
Tak ada senggang, tak ada kisah, tak ada senandung, tak ada apapun yang bisa ku bagi
Aku pernah tenggelam di ujung sana
Semuanya serba putih, esok hari serba hitam, esok harinya lagi serba kelabu.
Aku pernah tenggelam di ujung sana
Berlomba untuk saling mengikat meski enggan
Ya, aku pernah tenggelam di ujung sana

Karena menyamaratakan bukanlah jawaban
Karena menyamaratakan bukanlah kisah
Bukanlah kisah yang elok
Dan aku tak ingin kembali tenggelam di ujung sana


Ataukah benar adanya
Bahwa kita memang berlomba-lomba untuk berbeda?


Hal yang menjadi penting adalah:
Kini aku dapat mendengar gemersik ranting dan daun beraroma manis



Lantunan kelana:
Layur - Sepotong Kecil

No comments:

Post a Comment