Hitam menghampiri, sekelebat demi sekelebat
Kemudian jiwa melebur dengannya menjadi padu
Angin mengusik ketenangan peleburan ini, berisik
Pendengaran ini memanas, penglihatan ini mengabur
Tak percaya akan datangnya angin pengusik itu
Karena jiwa ini sudah mempercayainya sepenuh hati
Sebuah pukulan keras menghantam hati
Jiwa ini kecewa
Yang dipercayai dengan sepenuh hati membuka katupnya
Ia membelai licik, pendarnya menyala
Tebaran sebuah dusta berkecepatan tinggi
Ah, sudah, jiwa ini telat
Katupnya melebar, sedangkan katup ini makin merapat
Hati ini berkata tidak, namun daya katup ini mengatakan tak apa
Lantas jiwa ini menyadari, secepatnya harus mengabdi pada sekelumit tidak
Sekarang, siapa yang tak punya hati?
Sudahlah, tak apa
Lebih baik jiwa ini makin melebur dengan gelap
Karena gelap telah menjelang
Sekali lagi jiwa ini tuturkan: sekarang, siapa yang tak punya hati?
"Siapa yang tak punya hati, siapa yang tak pernah ada disini?" (Tristan)
Lantunan kelana:
No comments:
Post a Comment