7/6/12

Suara-Suara Kecil

 

Satu pagi aku menemukan setangkup cerita mengenai suara-suara kecil. Saat itu aku sedang bermain ke gubuk yang jaraknya seratus meter dari pantai tak berpasir. Gubuk itu didiami oleh tiga wanita bertudung. Di pelataran gubuk menghadap suatu lapangan, mereka berusaha menyibukan diri dengan suatu kumpulan yang terdengar suara-suara kecil. Aku menghampiri ketiga wanita bertudung tersebut, mengamati, menyapa seadanya, dan mengambil gambar. Temanku justru mengeluarkan pertanyaan juga pernyataan kepada ketiga wanita bertudung tersebut. Tetiba aku mendengar suara kecil dari kumpulan di tampan yang dipegang oleh wanita bertudung cokelat. Setangkup ceritapun dimulai, aku berlutut mendekati arah suara kecil tersebut....

Hai! Masih ada yang bernyawa?

Disini masih bernyawa!

Disini juga!

Disini!

Disini-disini tersebut berulang kali terdengar di telingaku yang membuat kegaduhan di tampan koyak tersebut. Aku menatap wajah temanku dan wanita bertudung cokelat, mereka asik berbicara. Seolah-olah mereka tak mendengar suara kecil ini. Aku kembali menguping pembicaraan suara-suara kecil ini.

 

Di...si...ni... a...ku... su...sahhhh.... ......... ber.....na.....fas......

TIDAK! Kulitku terkelupas!

Kulitmu tidak terkelupas, tetapi dikelupas oleh raksasa itu. 

Apa yang harus kita lakukan kelak? Aku belum menyelesaikan misi istana bawah laut!

Tetaplah bernafas...

Bernafas katamu? Ini seperti neraka yang diceritakan di perkumpulan kerajaan ikan sebelah, panas. Tidak ada air sejuk, tidak dingin, tidak ada gelembung lucu. Ini neraka! Kita sebentar lagi akan mengering!

Tetaplah bernafas....

Kamu gila! Bernafas bagaimana?

Nikmati udara neraka ini selagi kamu bisa, setelah ini kamu akan bertemu dengan air yang dingin dan gelembung lucu kembali.

Caranya? Bagaimana cara untuk kembali?

Nikmati dulu apa yang kau bilang neraka ini....

Kata penasehat kerjaan ikan sebelah, neraka tidak bisa dinikmati. Neraka itu menyeramkan, kulit dikelupas, tubuh memanas, tidak bisa bernafas!

 

Nikmatilah...

Omong kosong!

Kau tahu, untuk  mencapai air sejuk kediaman kita dengan melewatkan proses ini terlebih dahulu. Semua makhluk hidup begitu. Kemarin aku melihat ada seorang pemuda yang sedang dikelupas nyawanya di perahu Bapak Budi. Ia kehabisan nafas karena tak sanggup bertahan lama-lama dibawah air. Lalu, aku mendengar suara beberapa pemuda di perahu tersebut. "Ia menggelapar, kesakitan, dikelupas nyawanya!" lalu pemuda satu lagi menyahut "Doakanlah, biar ia merasakan dikelupas nyawanya, dia akan kembali ke tempat yanng indah, surga." Aku percaya setelah kita dikelupas kita akan kembali ke air sejuk dibawah sana, bertemu dengan gelembung-gelembung kecil.

Bagaimana bisa kau sangat yakin?

Mudah, semua makhluk baik pasti akan menuju tempat yang indah setelah dikelupas. Asal kau mempunyai pikiran baik dan tindakan baik. Aku percaya, aku, kamu, dan penghuni kerajaan bawah laut sana punya pikiran dan tindakan baik, kita selalu diajarkan oleh penasihat kerajaan untuk mempunyai dua hal tersebut kan? Setelah ini giliranku dikelupas, nikmatilah apa yang kau bilang neraka ini, sesungguhnya ini bukan neraka, ini baru perantara antara kau akan diantarkan ke surga atau neraka. Perantara tersebut dengan dikelupas. Tetaplah bernafas.... Nikmati detik-detik sebelum kau dikelupas dengan pikiran baik..... 

 

Aku tertegun sejenak. Suara ikan kecil tersebut menghilang setelah wanita bertudung cokelat ini mengelupas kulitnya, melemparnya ke tampan berisi ikan yang sudah telanjang. Kulit dan kotoran dilempar ke tanah. Tetaplah bernafas.... Nikmati detik-detik sebelum kau dikelupas dengan pikiran baik.... Suara kecil itu menggaung dan menari-nari di pikiranku. Detik-detik. Aku tak tahu apakah aku masih punya detik, menit, jam, hari, minggu, bulan atau tahun lagi. Pikiran baik. Tindakan baik. Nikmati. Ketiga rangkaian itu memenuhi batinku. Nikmati hidup ini ya sebelum aku dikelupas? Batinku. Baiklah! Aku bangkit berdiri tegak, nikmati hidup ini.

Tetaplah bernafas.... Nikmati detik-detik sebelum kau dikelupas dengan pikiran baik..... 

Terima kasih ikan-ikan kecil atas setangkup ceritamu di kala mentari sedang terik. Aku menikmatinya. Aku yakin kau sekarang ada di kerajaan air sejuk di surga sana.


"All we can do is keep breathing now." (Ingrid Michaelson - Keep Breathing)

Lantunan kelana:

No comments:

Post a Comment