11/25/12

Pameran The Sweet and Sour Story of Sugar: Bernostalgia Dengan Si Manis


Menapaki gedung tua peninggalan kolonial Belanda, Heutsz Boulevard, dibilangan Menteng (tak jauh dari Stasiun Gondangdia) membuat bibir ini berdesis penuh kekaguman. Pagi itu saya dan kedua kawan, tengah menginjak bangunan tua bernama Galeri Kunstkring untuk menghadiri sebuah pameran bertajuk The Sweet and Sour Story of Sugar, sebuah proyek kolaborasi antara ruangrupa dan Noorderlicht. Jujur, saya baru pertama kali ke galeri ini, bangunannya menawan, dilihat dari luar pun sudah menawan. Awalnya, gedung ini difungsikan sebagai restoran dan galeri seni, pada tahun 1950 galeri ini berubah fungsi menjadi kantor imigrasi sampai tahun 1993 dan diresmikan kembali menjadi galeri tahun 2007. Ada gerangan apa dibalik bangunan yang dulunya bekas Budha Bar ini? Saya tengah berdiri di ruangan pameran, mengamati seisi ruangan, saya langsung berdecak kagum. Apik sekali tata ruang dan tata instalasinya. Aroma kayu cendana yang menenangkan juga udara sejuk menyambut diri yang siap bertualang ke danau nostalgia milik si manis.

 

Mengutip dari press release: “The Sweet and Sour Story of Sugar adalah proyek investigasi fotografi yang membandingkan proses globalisasi yang terjadi melalui komodifikasi gula. Sebuah cerita tentang gula yang terjadi di empat negara berbeda yaitu Belanda, Brasil, Indonesia, dan Suriname. Di masa lalu, keempat negara tersebut saling terkait dengan kolonialisme, dengan Belanda sebagai pelabuhan utama dari perdagangan gula. Hasil penelitian proyek ini adalah ratusan arsip foto pada abad 19 dan 20 dari empat negara tersebut, yang kemudian dibandingkan dengan seri fotografi karya enam fotografer pilihan Noorderlicht, yang memotret kondisi industri gula di empat negara tersebut pada awal dekade kedua abad 21. Enam fotografer itu adalah Tomasz Tomaszewski (Polandia), Alejandro Chaskielberg (Argentina), Ed Kashi (Amerika Serikat), Francesco Zizola (Italia), James Whitlow Delano (Amerika Serikat/Jepang), dan Carl de Keyzer (Belgia). Proyek investigasi fotografi ini menampilkan suatu cerita kompleks empat abad globalisasi yang dilihat dari gula sebagai produk sehari-hari. Di Indonesia, Noorderlicht bekerjasama dengan ruangrupa di Jakarta, dan Langgeng Art Foundation di Yogyakarta. Sebagai kurator dan penyelenggara proyek The Sweet and Sour Story of Sugar di Jakarta, ruangrupa membuat proyek seni yang dipresentasikan dalam bentuk program pameran, yang dilengkapi dengan program lokakarya video dan diskusi publik.”


Di sisi kiri terdapat dua TV plasma yang menyajikan beberapa arsip fotografi yang dijadikan video. Foto-foto pabrik gula, perayaan panen tebu, orang-orang dibalik pabrik gula, bangsawan yang sedang melakukan makan siang tertempel dengan manis di beberapa sudut ruangan. Nuansa hitam putih dalam foto membangkitkan aroma nostalgia biarpun kita tak mengalami masa tersebut, ditambah beberapa kalimat iklan gula jaman dahulu seperti Pabrik Goela Modjkerto bangga dengan tagline “diboeat dengan alat-alat jang tjanggih” atau Desa Kedawoeng Dalam Probolinggo dengan tagline “Teboe Moerni Moetoe Terbaik” Ruang pameran dipenuhi dengan pengaplikasian barang-barang dagangan di suatu toko kelontong dan kedai kopi bernama Sugar Town, Inc. Menuju toko, pengunjung disambut dengan beberapa toples permen karet Yosan yang bisa diambil secara cuma-cuma. Toko tersebut menawarkan beberapa barang dagangan berupa bantal berbentuk karung gula, gelas, t-shirt, tote bag, pin dengan berbagai macam gambar. Satu sudut dipenuhi dengan foto berupa kartu pos mengenai cerita perjalanan si manis, gula. Ingin mendengarkan alunan musik? Toko tersebut menyediakan pemutar CD lagu-lagu lawas, sebut saja CD Mrs. Mercy and The Albert Family, Suara Anak Bangsa, Gema Langgam Bahana, Gerhana Gending, dan Romansa Ladang Gula dari Orkes Sinar Bulan.

 
Kaitan Indonesia dengan gula sangatlah penting, mengutip kembali dari press release: “Produksi gula secara massal di Indonesia pada era penjajahan Belanda memulai babak barunya ketika program Tanam Paksa mulai diberlakukan pada 1830. Selama kurun waktu itu, gula merupakan bahan ekspor terbesar dari Jawa bagi pasar dunia. Karenanya pula, kisah yang melingkupinya sangat besar, mulai dari kisah kemiskinan petani sampai kisah yang berurusan dengan nasionalisme. Kisah gula di Indonesia terus berlanjut sampai saat ini, yang tidak lagi berkaitan dengan penjajahan atau nasionalisme, namun beralih pada persoalan perburuhan dan budaya masyarakat di mana pabrik gula beroperasi.”

\\\\\////\\\\////
Pameran The Sweet and Sour Story of Sugar berlangsung tanggal 23 November – 14 Desember 2012 di Galeri Kunstkring
\\\\/////\\\\//////

No comments:

Post a Comment