8/7/13


Seketika ia masuk ke dalamnya, seketika semuanya terasa kelu, dingin, gelap, serba tak nikmat
Seketika itu pula ia mengatur nafas dan berusaha tak menghelanya dengan berat
Seketika itu pula ia mengeratkan tangan yang selalu bergetar
Seketika itu pula ia merapal banyak untaian untuk dikirimkan ke atas sana
Seolah banyak degup jantung yang menyerangnya bertubi-tubi
"Seperti terperangkap pada dunia abu-abu seorang diri, seperti lutut ini dipaksa menekuk hingga tak kuat bangkit" ia mulai berandai-andai dalam hati

Plastik berisi satu botol minuman kemasan dan roti sobek yang ia genggam seketika menjadi lesu
Seketika kakinya tak mampu menopang tubuh yang kurus dan nyaris tak terurus belakangan ini
Berdiri tegap pun mesti dipaksakan, layaknya butuh mantra super manjur
Tubuhnya terhuyung-huyung, sehingga ia membutuhkan pegangan kayu yang terpajang dengan dingin di dinding
Semua raut nampak kelu, itu yang menyapu kedua bola matanya yang merah dan berair
"Sekiranya, siapa yang senang berada di tempat ini?" ujarnya dalam hati ketika ia menyeret kakinya di lorong demi lorong

Kemudian ia duduk di bangku tak empuk berwarna biru, tepat di samping kamar nomor 406
Diliriknya jam tangan yang menggelayuti detaknya
Sudah sepuluh hari
Ia meneguk minuman kemasan rasa madu
Apalah artinya seteguk manis jika ia dikelilingi kepahitan?
Seakan ada lonceng kegelapan yang setia bergelantungan di atas kepalanya
Seakan ada detak yang menghitung dengan nanarnya pada pandangan kosong yang hinggap

Hari itu kamar 406 mendadak gempar
Dengan sigap ia mengintip dari kaca yang bertengger di pintu
Tentunya dengan mengatur kepingan yang kian meracau
"Apa yang harus kulakukan jika ia begini? Apa yang harus kulakukan jika ia begitu?" semuanya berputar dalam otak dengan kencangnya, sampai-sampai ia mendapat kiriman pusaran mual

Seketika ia tersenyum dan membuka pintu dengan kecepatan tinggi
Digenggamlah tangan jiwa yang berbaring
Dikecuplah jiwa yang menitikan air mata di sampingnya
"Nak, akhirnya kamu sadar"


Lantunan kelana:

*Foto diambil saat pameran Indonesian Emerging Architecture 1.0 di Galeri Nasional

No comments:

Post a Comment