Jika ada seseorang yang rela berduduk lama-lama di bangku tak nyaman berwarna kuning, pastilah kamu. Jika ada seseorang yang rela membuang waktu demi menghitung gerbong demi gerbong kereta, pastilah kamu. Jika ada seseorang yang rela menggenggam tangan ini sembari menyapa desiran angin yang menyelinap di antara dedaunan dan terpaan sinar, pastilah kamu. Jika ada seseorang yang rela bercakap kalimat hangat di sore hari bersamaku, pastilah itu kamu.
Perlukah kita saling berbicara mengenai asa?
Setiap jiwa butuh teman
Itu bukan jawaban
Kurasa itu bisa menjadi jawaban
Mengapa kamu masih bertahan disini setiap sore?
Karena kamu
(muncul jeda satu menit)
Apa jawaban 'kamu' belum cukup? Atau justru tidak pantas?
Aku rasa jawaban itu terlalu manis
(kami saling tertawa)
Kali ini ada buah cerita apa?
Apakah salah jika aku terlena pada lingkaran aman?
Jikalau ada gerangan hitam pekat yang menghampiri tentunya kamu akan berusaha keras menjadi penghapus, bukan?
Tentu
Jikalau begitu, apa lagi yang kamu takutkan?
Seolah-olah aku atau kamu akan ditelan semesta pada malam hari. Seolah-olah aku dan kamu tak akan bisa lagi mendengar decitan gerbong demi gerbong kereta yang menginjak rel. Seolah-olah aku dan kamu tak akan bisa lagi menikmati terpaan sinar yang menggoda daun dan ranting. Seolah-olah aku dan kamu tak akan bisa lagi merasakan ramai dan sepi yang silih berganti di ujung stasiun. Seolah-olah aku dan kamu tak akan bisa lagi melakukan hal yang menyenangkan yaitu menghitung gerbong demi gerbong yang menghampiri pandangan. Seolah-olah tersebut adalah undangan untuk kembali di tempat ini kala langit telah senja.
Itu pastilah kamu dan aku yang rela membuang waktu bersama rel, gerbong, dan cahaya.
Itu pastilah kamu dan aku yang rela membuang waktu bersama rel, gerbong, dan cahaya.
"Tetap terjaga, ikhlaskan jiwa, selalu ceria, dan kembali jikala langit telah senja" (Angsa & Serigala)
Lantunan kelana:
Angsa & Serigala - Kala Langit Telah Senja
No comments:
Post a Comment