6/23/13

Sebuah Perayaan


Aku diundang ke sebuah perayaan. Tampaknya ia juga diundang. Aku jelas ingat waktu kami masuk ke ruangan ini hanya berselisih sehari. Itu tandanya aku akan bertemu dengannya dan pergi bersamanya. Ya, bersamanya.

Benar sekali dugaanku. Ia datang! Artinya ia turut diundang. Artinya kami akan pergi bersama.

Semuanya berdansa menutupi rasa resah, amarah, dan sedih. Semuanya palsu. Semuanya berlomba-lomba mencicipi kenikmatan yang tersisa. Di sudut kanan, mereka melahap segala jenis kue warna-warni. Di sudut kiri, mereka meneguk segala minuman warna-warni. Aku hanya mengamati mereka dari sisi ini. Tentunya mengamati dirinya juga.

Dia berdiri di ruangan depan, memandang balon berwarna merah muda yang sengaja disangkutkan pada ventilasi. Selebrasi macam apa ini?

Aku memandanginya. Kemudian, ia memandangiku. Kami bertemu. Kami tersenyum.

Kini aku ada di sisi kirinya. Memandangi balon merah muda. Satu balon telah meletus. Begitulah kami di delapan jam kedapan. Menyusul balon tersebut.

Aku tak tahu namanya, begitu juga ia. Ia tak tahu namaku. Kami tidak saling bertukar nama. Kami hanya saling bertukar rasa. 

Rasa apa yang hinggap di dirimu kali ini? 
Entahlah. Bagaimana dengan kamu?
Entahlah

Kami sadar, apa gunanya kami bertukar nama di saat menghitung delapan jam ke depan dimana kami akan meletus seperti balon merah muda tersebut? Sebenarnya bertukar rasa juga tak ada gunanya, tetapi apa boleh buat. Demi mengusir kecanggungan dan segala rasa yang datang tak diundang, mau tak mau kami bertukar rasa.

Dua jam berlalu, musik yang mengalun lebih kencang. Semuanya berteriak. Pesta pora. Gegap gempita. Kami tetap diam mengamati balon merah muda yang terkadang terhempas angin yang datang entah darimana. 

Kamu tidak ingin mencicipi kue merah muda? 
Buat apa?
Kesenangan sebelum meletus, mungkinkah?
Tidak, aku tidak selera

Kami tetap memandangi balon merah muda lima jam kemudian. Tentunya dengan masih saling bertukar rasa.

Satu jam kemudian, orang-orang tersebut letih. Ada yang tumbang sebelum dimeletuskan. Kue warna-warni berserakan dimana-mana. Noda minuman warna-warni bersarang membuat corak yang tak menyenangkan di pakaian mereka. Kami masih memandang balon merah muda, menunggu detik-detik dimana kami akan meletus. 

Dua puluh detik lagi
Kamu menghitungnya?
Iya
Maukah bersama-sama menyelamnya?
Tentu

Selamat meletus! Akhirnya aku pergi bersamanya tanpa tahu apakah aku akan bersama dengannya selamanya.

"Lets get cold together." (Memoryhouse)

Lantunan kelana:

No comments:

Post a Comment