6/1/13

Cermin #5



Riuhan derap langkah ratusan orang bercampur percakapan dimana-mana. Aroma asin dan manis berbaur dengan udara malam. Pendar lampion memaniskan keseluruhan yang gelap. Selamat datang di sebuah perayaan.


Jika semua gelembung yang ada di atas mereka makin berhimpitan, apa yang akan terjadi?

Pecah! Dan mereka akan menjadi suatu kesatuan dalam sekejap. Namun, sekilas kemudian akan berpesta pora menjadi ratusan lagi.

Semuanya berbicara tentang menjadi nomor satu

Namanya juga hidup, jika tak berbicara menjadi nomor satu, lantas, dimanakah kita? Kita sudah berada di surga.

Yakin di surga?

Hahahaha, entahlah. Ada apa gerangan?

Terlihatkah aku sedang menyembunyikan bayangan? 

Sangat! Jangan mengelak, coba mari dengarkan sejenak gerangan tersebut

Aku tak bisa bicara, itu gerangannya. Membaca, menulis, tak bisa bicara. Menulis, membaca, tak bisa bicara. Ada kula disana! Kula yang memendam ketakutan dan sangat berbahaya!

Memang mau bicara apa?

Ya seperti orang-orang. Di mimbar, di tengah lapangan, di bis kota, di warung kopi, bahkan yang mengenaskan di dunia maya! Mengerti kan maksudku berbicara yang bagaimana?

Ya ya ya, tampaknya mengerti. Berbicara dengan sangat tinggi itu kan? Merangkul banyak gelembung, jika ada yang menyentuhnya dengan pedang, tasssh! Langsung ditebas! Hahaha, begitu kan maksudmu?

Iya, kurang lebih. Aku tidak suka dengan ketinggian tersebut, namun di satu sisi mereka seolah menuntunku. Ah, mana yang benar?!

Ssshhhht! Tak usah dipikirkan, pakailah gelembungmu sendiri
Apakah kamu tahu suatu hal, bahwa gelembung yang kita punya sejatinya telah meminjam dari gelembung yang lain?


Sebuah haturan berkomposisi terima dan kasih atas bercakap di bawah lampion. Atas rengkuhan menuju rembulan dan tentunya menuju titik naungan. Seolah dekapan itu tak akan pernah lepas. Sisi yang terus menengadah jikalaunya terpelanting. 

 "I live in a world of others' words." (Bakhtin, Problems of Dostoevsky's Poetics, 143)

"I know you have a heavy heart, but I'll try to shoulder the weight. So I hold your hand and your burden while I walk you home." (Dylan Mondegreen)

Lantunan kelana:

No comments:

Post a Comment