Saat itu masih bulan Ramadhan, layaknya anak masa kini yang tak bisa lepas dari sebuah socmed bernama twitter. Malam hari saya mempunyai rutinitas mengecek linimasa twitter saya. Terdapat satu tweet menarik yang datang dari Ardi Wilda. Ardi Wilda yang saya kenal dulu adalah seseorang yang terlihat wara-wiri di website majalah musik kenamaan yaitu Rolling Stone. Makin kesini, saya makin tidak melihat keberadaannya di website majalah tersebut. Tweet yang ia lempar malam itu adalah ajakan untuk followersnya yang ingin bertukar kartu lebaran dengan murid yang ia ajar. Sudah lama memang saya melihat tweet-tweet Pak Ardi tentang kesehariaan beliau saat mengajar di sebuah SD, yang paling saya ingat ketika cerita seputaran muridnya dengan band Seringai. Kemudian hati dan tangan saya tergerak untuk membalas tweet tersebut, ya kisah ini dimulai. Kisah saya bertukar kartu lebaran dengan Ipin, murid Pak Ardi.
Setelah memberikan alamat lengkap rumah saya melalui direct message dan juga setelah saya pulang dari mudik ke Malang, saat masuk ke kamar, saya melihat suatu amplop. Ini dia! Amplop yang saya yakini berisi kartu lebaran dari murid Pak Ardi yang saya belum tahu namanya. Tertera nama pengirim amplop tersebut: Ardi Wilda dari pengajar Indonesia Mengajar. Saya baru mengetahui bahwa ternyata Pak Ardi bergabung dengan gerakan "Indonesia Mengajar". Mari saya jabarkan sedikit tentang gerakan "Indonesia Mengajar" yang saya kutip dari laman https://indonesiamengajar.org.
"Ide awal Indonesia Mengajar berasal dari Anies Baswedan. Pada dekade
1990-an, Anies adalah mahasiswa dan aktivis di Universitas Gadjah Mada
(UGM). Indonesia Mengajar memfasilitasi para guru tersebut (disebut Pengajar
Muda ) untuk tinggal, hidup dan belajar dari masyarakat setempat selama
satu tahun. Mereka bekerja di sekolah dasar dan tinggal di rumah
penduduk bersama keluarga baru mereka. Tantangan, hambatan dan segala
pengalaman akan membentuk karakter kepemimpinan sekaligus merajut tenun
kebangsaan yang lebih kokoh. Apa yang mereka lewati akan menjadi
pelajaran seumur hidup bagi mereka. Sementara itu, inspirasi yang mereka
bagi di sekolah dan masyarakat akan menjadi memori seumur hidup bagi
anak-anak dan masyarakat di sana."
Lebih lanjutnya sila ke laman mereka.
Ketika saya buka amplop tersebut, terdapat satu lembar foto murid SD dengan mengenakan baju pramuka. Seorang murid sedang membaca buku di hutan. Di foto tersebut terdapat kalimat:
Selamat Idul Fitri 1433 H
Kami Murid SDN 01 Margajaya
Mengucapkan Mohon Maaf Lahir dan Batin
Ipin, si petualang yang suka membaca
Oh, jadi saya mendapat kartu lebaran dari murid yang bernama Ipin, rasa senang menyeruak di hati ini, juga haru. Saya hampir meneteskan air mata, hehe. Petualang yang suka membaca, rasanya ini kebetulan yang menyenangkan, mengingat saya hobi berpetualang dan juga membaca. Jadi, saya dan Ipin nampaknya mempunyai dua kesamaan yang menyenangkan. Dibalik foto tersebut, terdapat kertas yang ditempelkan. Sebuah tulisan tangan yang tidak terlalu rapi namun masih bisa dibaca, tulisan tersebut berbunyi:
Kak Raras,
Saya Aripin dari SD 1 Margajaya
Murit Pak Ardi
Kak Raras,
Kalau macet lama atau ditak. Nanti kalau lebaran macet bagaimana waktu mau pergi
Ada pepatah, tak kenal maka tak sayang. Saya belum mengenal SD Margajaya juga Ipin. Suatu ketika saya mencoba mengirimkan beberapa pertanyaan kepada Pak Ardi melalui email. Saya akan mengutip sedikit cerita beliau tentang SD Margajaya dan Ipin.
Ardi Wilda mengajar di SDN 01 Margajaya Tulang Bawang Barat (TBB)
sejak November 2011-2012 sebagai Pengajar Muda 3 dlm Program Indonesia
Mengajar. Kebetulan kondisi daerah di TBB mayoritas adalah petani karet, singkong
dan sebagian sawit. Secara ekonomi mereka dapat dibilang cukup namun
motivasi dari orang tua dan guru yang kurang untuk meningkatkan pendidikan. Mengenai program kartu lebaran sendiri, Pak Ardi buat sebagai upaya agar mereka
memiliki teman dan pengetahuan baru. Ini juga agar menyadarkan
teman-teman kelas 5 bahwa di luar sana ada "kehidupan" yangg harus mereka
tahu. Murid kelas 5 berjumlah 22 orang dgn komposisi 17 laki-laki dan 5
perempuan. Ipin sendiri adalah salah satu siswa kelas lima yg aktif, cepat
menerima pelajaran, tergolong siswa yang tertib dan selalu
mengerjakan PR yang diberikan. Ipin juga senang datang ke rumah Pak Ardi untuk menonton Film. Ia suka menonton Tintin dan Garuda di Dadaku.
Setelah mendapatkan kartu lebaran tersebut, saya diharuskan mengirim kartu lebaran balasan. Otak ini langsung berpikir mengenai kartu lebaran seperti apa yang akan saya balas. Kemudian sekelebat inspirasi muncul. Ipin adalah murid yang suka membaca. Maka konsep kartu lebaran saya nanti adalah seputaran cerita. Di sampul kartu lebaran saya membuat komik dengan peran Pak Ardi dan Ipin. Di komik tersebut Pak Ardi bertanya seputaran Idul Fitri yang selalu dijawab benar oleh Ipin, maksud komik tersebut adalah karena Ipin suka membaca maka pertanyaan yang dilontarkan oleh Pak Ardi, selalu ia bisa jawab dengan benar. Isi kartu lebaran tersebut kemudian saya isi dengan jawaban seputar pertanyaan macet. Saya mengatakan bahwa di Jakarta justru tidak macet, cenderung sepi karena ditinggal mudik. Saya hiasi bagian bawah dengan mobil warna-warni yang berderet. Di halaman isi kedua saya memberikan dua pantun seputar lebaran. Bagaian akhir saya menggambar suatu buku dengan selipan nasihat supaya terus membaca agar bisa melihat dunia. Senang rasanya punya teman baru walaupun tak bertemu langsung. Terima kasih Pak Ardi juga Ipin :)
Untuk mengetahui cerita SDN 01 Margajaya bisa dicek di blog Pak Ardi: www.ardiwilda.com
(Foto-foto kartu lebaran balasan dari saya ke Ipin itu kartu lebaran yang saya tidak jadi kirim karena ada kesalahan, kartu lebaran yang akhirnya saya kirim, lupa difoto :p)
No comments:
Post a Comment